Skip to main content

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

openSUSE.ID goes to Taipei

Perhelatan openSUSE Asia Summit 2018 tinggal menghitung hari. Perhelatan ini akan berlangsung pada 10 – 12 Agustus di National Taiwan University of Science and Technology, Taipei. Acaranya akan cukup wah sekali karena merupakan kolaborasi tiga acara. COSCUP X GNOME.Asia Summit X openSUSE Asia Summit.

Tahun ini kembali openSUSE.ID mengirim kontingen untuk memeriahkan acara. Ada 9 Pembicara dari Indonesia di openSUSE Asia Summit. Dan ada beberapa pembicara lain yang hadir untuk GNOME.Asia Summit 2018.

Daftar kontingen openSUSE Asia Summit beserta materi yang akan dibawakan adalah:

  • Mohammad Edwin | Maintaining the Good Spirit – openSUSE Indonesia Community Experience
  • Kukuh Syafaat | openSUSE Leap & Flatpak
  • Yan Arief Purwanto | Having fun with KDE: create a Plasmoid
  • Estu Fardani | How Jogja Become City of GNU/Linux User Friendly
  • Didiet Agus Pambudiono | Deployment of multi node web server, database server and storage session server with Ansible
  • Ahmad Romadhon Hidayatullah | Working and Contributing to Open Source Project via Graphic Design in openSUSE Tumbleweed
  • Rahman Yusri Aftian | Nusantara Metode Input at openSUSE
  • Tonny Adhi Sabastian | Single Sign On Services with Free/Open Source Software at Universitas Indonesia – Updating to CAS 5
  • Mohammad Rifki Affandi Z | Build your cloud file hosting using Nextcloud on openSUSE Leap 15.0
  • Darian Rizaludin
  • Joko Susilo
  • Ahmad Haris
  • Siska Iskandar
  • Iwan S Tahari

Tiket pesawat udah dibeli, Visa udah diurus, penginepan juga sudah dipesan. Tapi materi salindia masih draft semua. :D. Sampai bertemu di Taipei.

Terimakasih untuk openSUSE dan Binar Academy yang menjadi sponsor perjalanan saya.

Estu

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

openSUSE Asia Summit 2018, hmm Bismillah !

release party.jpg

Sumber : https://www.facebook.com/opensuse.indonesia/?ref=br_rs

Awal Cerita

jadi ceritanya dulu itu saya masih anak bawang banget, lulus sekolah di Manaratul Islam dan pondok pesantren di Miftahul Ulum. coba keberuntungan saya SNMPTN dan Alhamdulillah Allah mengizinkan saya untuk kuliah di salah satu kampus di Surakarta yaitu Universitas Sebelas Maret dengan Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer di FKIP. Setelah masuk kampus saya yang anak aliyah ini gak ngerti apa – apa, beneran dah wkwkkw, ilmu ala kadarnya, pokoknya semuanya dibawah rata -rata yang lain. Kemudian setelah saya masih sedikit belajar di Solo saya mulai mengenal banyak sistem operasi, salah satu yang menjadi pusat perhatian saya ialah Linux.

Waktu itu sekitar tahun 2016, saya liat postingan teman saya, dia lagi ikut acara openSUSE Asia Summit 2016 di jogja, saya pikir “anjir keren dh”, saya mau ikut tapi ternyata tiket udah abis dan saya juga lagi kere. Disitulah saya berkenalan dengan distro linux yang berlogo bunglon ini, dan anehnya saya tertarik karena logo si bunglon ini wkwkwkw.

Memberanikan diri

Nah disini, saya yang gak kenal siapa – siapa sama sekali dan gak tau apa – apa, mulai coba memberanikan diri saya dengan mencoba “sok kenal”. Saya kadang punya prinsip “Kalo lu mau jadi orang besar ya jadi orang kecil dulu, semua butuh proses”. Singkat cerita saya mencoba iseng membeli buku fundamental linux berbasis openSUSE dari PT Excellent yang ditulis sama Bang Nugi, saya sempet chat si pelapak yaitu pak Bos Vavai, dan saya belum tau ternyata pak Vavai adalah pemilik dari PT Excellent itu sendiri, berhubung di kuliah saya akan ada mata kuliah Praktek Industri saya coba tanya ke Pak Vavai, apakah nerima mahasiswa magang disana. Terus saya coba beli majalah sama Pak Kukuh dan saya ambil langsung di menara Jamsostek dan disana saya ketemu sama Pak Edwin. Terus ikut acara openSUSE Indonesia jalan – jalan ke Bursa Efek Indonesia, ikut menjadi penjaga stand LibreOffice Indonesia di acara LibreOffice Conference Indonesia sama Pak Sokibi dan juga menjadi translator si bunglon ini pun saya hanya memberanikan diri.

Saya memberikan apresiasi yang sangat besar pada Pak Edwin, Pak Kukuh dan Pak Estu yang selalu memberikan semangat untuk anak muda di Indonesia supaya ikut event internasional dan kita dituntut jangan takut akan kegagalan kalau belum dicoba.

Singkat cerita ketika saya magang di Excellent saya sungguh senang liat teman saya, Dhenandi diterima sebagai pembicara di acara openSUSE Asia Summit 2017 di Jepang. WOW! saya pun iri wkwkwkw, secara saya seumuran sama dia, masa saya kalah. Setelah saya mendengar kabar bahwa openSUSE Asia Summit selanjutnya akan diadakan di Taiwan, saya pun bergegas membuat Paper! dengan judul “Build your cloud file hosting using Nextcluod on openSUSE Leap 15.0” dan Alhamdulillah paper saya diterimaa !!!

Permasalahan yang saya hadapi berikutnya adalah

  1. Paspor
  2. Visa
  3. Bahasa

tapi saya sadar semua itu bisa saya lewati dengan usaha dan kerja keras ! intinya coba dulu sebelum ngomong, jangan ngomong doang tapi gak ada bukti ! :p

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

Dukungan Video MP4/H.264 di openSUSE Leap 15.0

openSUSE Asia Summit 2015

Setelah memasang Leap 15.0 di x260, ternyata saya tidak bisa memainkan gif ataupun video dari Facebook. Peramban yang saya gunakan adalah Firefox 60.0.1. Di lain sisi, memutar youtube tidak ada masalah. Dari hasil pengecekan https://www.youtube.com/html5 didapat bahwa format MP4/H.264 belum didukung oleh sistem operasi dan peramban.

Membaca wiki openSUSE ditautan https://en.opensuse.org/SDB:Firefox_MP4/H.264_Video_Support, masalah ini dapat diatasi dengan:

  1. Pasang repo packman,
  2. Pasang libav, sekalian memasang VLC
    $ sudo zypper in vlc libavcodec56 libavcodec57 libavformat56 libavformat57 libavdevice56 libavdevice57
    
  3. Restart firefox, dan test kembali dukungan video di https://www.youtube.com/html5

Selesai. Horeee.

Estu~

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

Catatan Upgrade openSUSE Leap 42.3 ke 15.0

Bismillah ..

Pada tulisan kali ini saya hanya akan menulis bagaimana proses upgrade openSUSE Leap 42.3 ke versi terbaru yaitu 15.0 . Mengenai bagaimana performansi, yang terbaru serta peningkatan di versi tersebut disini Saya tidak akan menuliskannya. Namun Anda bisa membacanya di link official openSUSE atau di beberapa blog yang membahasnya.

Proses upgrade ini sama dengan proses upgrade di versi – versi sebelumnya. Dan Alhamdulillah, ternyata tulisan Saya yang sudah cukup lama masih sangat berguna dan Saya masih menggunakan metode tersebut ketika melakukannya. Anda bisa membacanya di link ini.

Catatan Error

Proses upgrade kali ini ternyata saya menjumpai kendala, dan apa yang menyebabkanya saya tidak tahu. Yang pasti, proses upgrade terhenti ketika menginstal driver broadcom (kalau tidak salah) . Kemudian saya melakukan interupsi dengan menekan kombinasi tombol keyboardd ctrl+c untuk menghentikan proses upgrade. Setelah itu Saya mencoba mengulangi proses upgrade dengan mengetik zypper –no-refresh dup. kemudian muncul error seperti berikut.

zypper: error while loading shared libraries: libzypp.so.1600: cannot open shared object file: No such file or directory

Untuk mengatasi hal tersebut, ikuti langkah – langkah berikut.

  1. Pastikan komputer terhubung dengan LAN atau WiFi
  2. Install paket libzypp melalui Yast Software Manager atau jika Yast tidak berfungsi bisa menginstalnya secara manual dengan mengunduh paket tersebut di website Software openSUSE.
  3. Uninstall paket Zypper kemudian install kembali (re-install)

Setelah itu command zypper bisa berfungsi kembali.

Bisa jadi masalah yang Anda hadapi berbeda, namun dengan berbekal Googling InsyaAllah bisa teratasi.

Keyword : openSUSE 42.3, openSUSE 15.0, Upgrade, Instalasi, Leap

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

GPD Pocket with openSUSE Tumbleweed

I’ve been curious and interested with GPD Pocket since last year, when first time it announced (https://www.indiegogo.com/projects/gpd-pocket-7-0-umpc-laptop-ubuntu-or-win-10-os#/).

I bought this tiny machine 3 weeks ago on aliexpress. Shipping take only a day, but custom clearance takes almost two weeks.

First impression about this laptop was cute and good built quality.

Tiny

Installing It with Linux

This machine preinstalled with Windows 10, I think it’s original but who cares. I need running linux on it.

I try Leap 15 for first time. Screen rotated -1 and wifi not working. Then I tried Ubuntu 18.04 and similar thing happen. I use iso from gpd site, Ubuntu 16.04 that already customized for GPD Pocket but not working (stuck at boot).

Ubuntu 16.04

I read some documentation at https://github.com/stockmind/gpd-pocket-ubuntu-respin to rebuild Ubuntu 18.04 iso, but not working enough. So I use another methode, installing it then use update.sh to reconfigure all. It’s working. But I’m not satisfied in it. I wanna Tumbleweed on this machine.

I download openSUSE-Tumbleweed-DVD-x86_64-Snapshot20180520-Media.iso and dd-ing it to usb flashdisk then install. Of course when installing process, my screen was rotated -1. I choose GNOME Desktop. But after reboot, GNOME works fine except:

  1. wifi not working
  2. no battery applet, and system not recognize battery

Patch

Kukuh Syafaat, President of openSUSE-ID told me that Richard Brown (@sysrich) use GPD Pocket. So I ask Richard on twitter and he gave me clue in https://github.com/sysrich/salt-states/blob/master/opensuse/laptop.sls.

I use few lines from laptop.sls and it’s working well. I translated that salt script into plain bash script at https://github.com/princeofgiri/gpd-pocket-patch.

After reboot, Tumbleweed still not detecting the battery.

Use Another Kernel

I remember that Leap 15 can recognize the battery. So I download the kernel and installing it. Yes it’s work, but there’s new problem, when in charging mode, battery applet seems not know if that time is in charging mode.

So I decide to compile kernel by my self. Got the source from https://github.com/jwrdegoede/linux-sunxi.git and the result was cool. It’s works.

Let’s Work

Notes

  • I write this post using GPD Pocket
  • I will write kernel compilation in another post
  • Plymouth still rotated -1
Plymouth

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

GNOME yang Jelek atau Akhlak Kalian yang Buruk?

GNOME 3.28 beberapa waktu lalu baru rilis, cukup memancing banyak komentar. Tanggal 26 April kemarin, Ubuntu 18.04 meluncur dengan menyertakan GNOME 3.28 sebagai Desktop Environment baku. Unity sudah tidak dipergunakan lagi, mungkin tim Ubuntu sudah lelah.

Berawal dari move on-nya si Ubuntu, banyak penggemarnya kecewa, dan merasa GNOME itu jelek, tanpa bisa menunjukkan kejelekannya. Mari kita mundur beberapa waktu lalu.

 

Awal muncul GNOME 3, saya termasuk orang yang tidak suka, antar mukanya aneh. Lebih nyaman dan sederhana GNOME 2. Saya yang saat itu masuk di tim pengembang BlankOn, bersama rekan-rekan membedah kejelekannya sehingga muncullah bibit-bibit pemberontakan dengan dimulainya BlankOn Panel yang berujung pada Manokwari.

Manokwari sendiri perlu dibuat karena kedepannya, semua pustaka GNOME 2 akan ditinggalkan dan beralih ke GNOME 3. Tapi saya dan teman-teman tidak siap untuk sepenuhnya menggunakan GNOME 3 karena beberapa kejelekannya.

2014, saat GNOME Asia di Beijing, saya ngomong sendiri bahwa GNOME jelek ke pimpinan desainer UI/UX, Allan Day, dan berujunglah diskusi panjang. Saya pasti kalah sama mereka dalam hal penjelasan, saya cupunya minta ampun. Tapi saya menang dengan menceritakan bahwa GNOME 3 membutuhkan sumber daya komputer cukup besar (misal RAM 1 GB) di mana masyarakat Indonesia tidak banyak yang bisa memenuhinya. Sedangkan Manokwari, bisa bekerja (waktu itu) pada RAM 256 MB. Toh Manokwari masih menggunakan pustaka GNOME.

Sekitar 2011, Ubuntu merilis Unity, banyak yang komplain dan gak nyaman. Pindah ke KDE juga takut gengsinya turun lantara KDE di masa itu (sampai masa kini sih) mirip MS Windows dan banyak kutu (sekarang udah jauh mendingan).

Kita terbiasa ngedumel dan menjelek-jelekkan tanpa bisa menunjukkan apa yang bisa dilakukan untuk memperbagus hal tersebut. Mental kita lebih banyak sebagai pencela dari pada penebar “Rahmatan Lil Alamin”.

Saya dulu, mantab pindah ke GNOME 3.x saat memiliki layar dengan resolusi di atas FHD (3K) dan layar sentuh. Banyak perabotan GNOME bisa berfungsi dengan baik, seperti:

  • di Yoga 3 Pro, di layar ada logo jendela, saat disentuh, akan bisa menampilkan Activities. Pada DE lain tidak bisa
  • di layar sentuh, on screen keyboard sangat mudah tampil saat kita merasa memerlukannya (atau pada tablet mode). Tentunya hal ini tidak terjadi jika komputer kalian masih konvensional.

Jadi, sebelum mencela GNOME, lebih baik kopdar, ngopi-ngopi dulu dengan teman-teman komunitas GNOME. Saya traktir!

Catatan: saya belum nemu orang komplain dengan DE-nya Endless OS. Kalau komplain terkait tidak bisa booting dan sampai mencela saya tidak beretika sih ada.

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

BlankOn dalam Konferensi Libreoffice ID

2018-03-25 14.47.48

Ini kali kedua konferensi, saya g ikut jadi pembicara. Sebelumnya PyConf ID di PENS 19 Desember silam, hanya cuma submit judul dan tidak lolos (dan memang berharap tidak lolos). Acara di PENS Desember silam termasuk perjalanan ajaib, karena kali pertama saya nyoba bawa sepeda lipat naik pesawat.

Konferensi LibreOffice kemaren saya semacam penyusup, karena sedikit bikin acara dalam acara. Agenda terselubungnya adalah mengumpulkan pengembang-pengembang BlankOn dalam satu lokasi. Semacam BlanKopdar.

Perjalanan ke timur. Rencana awal berangkat naik bus, tapi beberapa jam menjelang berangkat, tiba-tiba malah beli tiket kereta Jayakarta. Dan dapat kabar, kereta jalur selatan asal dan menuju Bandung mengalami terlambat. Karena ada kereta anjlok. Dan Pak Didiet sudah misuh-misuh dari sore.

Untuk penginapan di Surabaya, sebulan sebelumnya saya sudah memesan kamar dormitory di Anjani B&B tidak jauh dari PENS. Memesan 3 kamar dengan total 10 tempat tidur. 2 kamar dengan 4 kasur. 1 kamar untuk tim openSUSE.ID dan 2 kamar untuk BlankOn. Cukup murah.

Saya sampai Surabaya Jumat pagi jam 5, dan langsung ke homestay. Di homestay sudah ada Pak Slamet dan Pak Kuriyanto yang sudah sampai Surabaya sejak Kamis.

Hari Jumat 23 Maret 2018

Setelah mandi dan sarapan, terus langsung ke PENS. Ketemu Pak Edwin. Pak Noor Azam, Pak Eric dan Pak Franklin Weng. Juga ketemu beberapa pendekar yang sebelumnya belum pernah ketemu. Ada Pak Sofyan, Pak Kifli, Pak Syamsul, yang saya baru pertama ketemu. (Maafkan bila ada yg terlupa tidak disebut, keterbatasan memori)

Agenda Jumat adalah Workhop LibreOffice bareng Pak Andika. Break Solat jumat, kemudian dilanjutkan seremonial antara Panitia, Pembicara, Pihak Kampus dan Sponsor sekalian makan siang.

2018-03-23 13.53.04

Setelah Ashar saya balik ke homestay lagi sekalian mengantar Pak Edwin. Sebelum balik, Pak Darian nitip, “Pak ntar malam ada undangan makan di Jenggala Resto”. Siap ndan. Pak Darian makin lemu, mungkin efek stress menjadi koordinator panitia lokal. Selama makan malam, banyak obrolan teknis dan non teknis. Beberapa merupakan temu kangen. Tidak tiap tahun bisa kopdar komunitas seperti ini.

Setelah selesai undangan makan malam, balik homestay. Kita mulai Hackathon di Homestay. Kita bagi tugas tiap-tiap orang, apa aja yang bisa dikerjakan.

BlanKopdar kali ini ada beberapa target yang ingin dikejar:
1. Tambal Paket, terutama terkait Sofware Center dan Appstream Data
2. Nutupin Tiket BlankOn Installer
3. Rilis Manokwari, sekalian mengundang Pak Fadlun buat Hackathon, sebagai kontributor Manokwari paling aktif saat ini.
4. Beberapa konfigurasi infra yang dibutuhkan

Dalam kenyataannya adalah zsync jahitan, install, debug, koding-koding, commit, rilis paket, masuk ke irgsh, jahit dan ulangi dari awal. Jam 1 pada mulai tepar, namun hasilnya produktif. Beberapa bug minor terdeteksi dan dapat ditambal.

Hari Pertama Konferensi, Sabtu 24 Maret 2018.

Tempat acara di Gedung Pasca Sarjana PENS lt. 6. Saya agak telat datang. Pak Slamet dan Tim sudah duluan untuk persiapan Stand Pameran. Saya baru jam 11 sampai PENS. Tak lama dapat telepon dari Pak Aftian. Ya salah satu target utama datang ke Surabaya ini memang untuk ketemu Pak Aftian sebagai supermen di Proyek BlankOn.

Saya banyak menghabiskan di Stand Pameran, ngadep laptop. Jam set 1 ketemu Pak Aftian. Sesi curhat dimulai, antara Pak Aftian, tim JK, Tim Riset dan saya. Membahas bagaimana appstream data bekerja. Paket ini paket wajib sebagai basisdata aplikasi yang bisa dipasang menggunakan GNOME Software Center. Kesulitannya adalah dokumentasi paket ini tidak sampai ke Pengembang Uluwatu. Diskusi berjalan lama dan Pak Herpiko sudah mendapat inspirasi. Siap-siap buat praktek.

Sebelum magrib saya balik homestay. Dan kata Panitia, ada undangan makan malam lagi di Ayam Bakar Primarasa. Kali ini tema obrolan di meja adalah proyek penerjemahan. Ada Pak Andika, Pak Kukuh, dan satu lagi Mbak dari Mozilla. Rencananya mau bikin Konferensi Translasi untuk memasukkan beberapa bahasa lokal ke LibC. Masih akan digodok dan semoga bukan wacana.

Balik ke homestay. Lanjut ke appstream-data bareng Pak Herpiko. Setelah coba-coba, jalan. dan paket yang ada direpo akan selesai diexport ke yml besok pagi. Pak Sofyan masih sibuk nambal BlankOn Installer. Saya tidur duluan.

Hari kedua konferensi, Minggu 25 Maret 2018.

Hari ini kepala masih penuh sama pertanyaan, Kapan rilis? Sudah ditodong pak haris ketika makan malam. Sayangnya tidak ada pemaket yang hadir di BlanKopdar dadakan ini. Ya sudah, belajar ngenter didampingi pak Aftian. Paket appstream-data Uluwatu harus sukses dimasak oleh irgsh.

Menjelang selesai acara akhirnya sukses masak di irgsh. Siap-siap jahit lagi. Saya pun balik ke homestay lagi. Sekalian nganter pak Edwin yang balik ke Jakarta penerbangan malam.

Saya termasuk lupa ngambil foto kegiatan. Baru sadar pas udah selesai, g ikut foto bareng :(. Sampai bertemu di Konferensi selanjutnya. Terimakasih untuk Panitia, Sponsor dan semua pihak atas undangan accara, kesempatan ngisi Stand Pameran dan tak lupa Jamuannya.

2018-03-24 21.53.02

April, Uluwatu Rilis!

Estu, yg masih utik-utik jahitan RC4.

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

LibreOffice Conference Indonesia 2018

The Original Story Behind This Conference

Yes, Sokibi and Rania already write the story about how we starting the conference. It’s true but not complete one. The original one was before I have dinner with Sokibi and Rania. I have lunch with Kukuh and Moko in Soto Betawi Restourant near my house.

Soto Betawi

We’re thinking that in 2017 there’s no FOSS Conference in Indonesia. So we decide to organize conference about LibreOffice but small one (we can call it mini conference). But time flows, and we kick out “mini” and become normal conference.

The Document Foundation

Since Franklin Weng becoming board in TDF, he often pursuade me to joining TDF Membership. Well, I’m thinking that I less contribution on LibreOffice and little experience in that (except for personal/daily use). I have lot of experience in OpenOffice, an era before LibreOffice.

So, with organizing this conference, it’s my starting point to contribute to LibreOffice and of course I apply the membership and TDF will process my submission this month.

Start Organizing Conference

We start work in December 2017, preparing the proposal and choose which city and university for the venue. We asking two universities and good will comes from PENS (Politeknik Electronika Negeri Surabaya). We start working on Januari 4th, and prepare everything daily.

We have 9 members of organizer in first place, but then one member just gone away not active, so I kicked him out. Our member was come from different cities, luckly it’s still in one timezone. So we just have 8 powerfull members. In last week near the event, there’s about 25 students from university that joining us as local community organizer.

My main role is as coordinator and fundraiser. It’s easy but not easy. But I have good team members. In the event it’s self I was complicated busy, make sure everything work and run perfectly. But me and others are happy.

Honorable mention Rania, Moko, Kukuh, Joko, Darian, Ummul, and Tamara. The last one can’t attend the conference.

Day #-1

I arrived at Surabaya on Thursday, one day before workshop. I need to come early to make coordination with local organizer and pickup Franklin and Eric. Both of them are my old friends.

Mr. Ardi (lecturer from PENS who also local organizer) told me in telegram chat, that in Day#1, I need to have speech to open the conference with some professor. I bought batik shirt for this special moment. 😀

Day #0

This is workshop day. I visited the venue and meet Mr. Ardi. I see the workshop for couple minutes and then at lunch time, I have meeting with Franklin, Eric, Andika, Noor, Darian, Estu and Lecturer/Professor from PENS.

In that meeting we have introduce our self and have small discussion. The Director of PENS also open the conference, because on Day#1 he can’t attending it.

I stay in Rumah Kertajaya Hostel, same with Franklin, Eric and Italo. I choose this because Italo already book this place and I need to have better communication and coordination with them.

Day #1

This is my special day. It’s rare to see me use formal shirt, especially batik shirt. I have opening speech as coordinator of organizer.

Batik

I spent this day to meet other speaker, have small discussion and make sure everything works smoothly. Also must sign many documents related to sponsorship from government.

Souvenir for Italo Vignoli

I’m not attending any class this day. Only for Keynote.

Day #2

This day, I use spiderman t-shirt. Hahaha. I wanna make this day little bit more relax. I attend one class, about LibreOffice for Writing Scientific Work in Arabic by Rizki Fauzi. Yes I able to read and type in Arabic.

I also becoming moderator for Q&A with TDF before closing ceremony. Becoming moderator is not easy (it’s true) because Italo are person who love to tell his experience and good story teller. I can’t stop him many times.

The closing ceremony was cheerful, you can see it on LibreOffice Conference Indonesia 2018 group.

Day #3

Day #3 was city tour day. We have mini bus contain foreigner speaker, few local speaker and local organizer. We going to neighboor city of Surabaya, Mojokerto, which still have ancient Majapahit museum and temple.

Brahu Temple

We’re also going to Sampoerna Museum and Mirota Batik Store. Italo need to buy many of them. 😀

Day #4

Me, Italo, Eric and Franklin have discussion session with PENS. It talk about curriculum and implementation in IT world.

In afternoon, Italo and Franklin become Guest Lecturer.

Guest Lecture

In evening, I also become Guest Lecturer. My class talking about Ridon.id.

Ridon Class

Day #5

This day Franklin, Eric and Italo departed from Surabaya in the morning. In evening I also departed using night train.

Dinner

We actually have dinner sponsored by LibreOfficeID since Day #-1. Delicious dinner and have good stories from each other. Take a look at flickr if you want to see the picture.

Summary

Here my personal summaries about this conference:

  • This conference is biggest FOSS conference in 2017 and 2018 in Indonesia
  • Many people still doesn’t know about LibreOffice
  • It’s quite difficult to get sponsorship from IT company
  • Organizing conference outside JABODETABEK is different. Also the participant, many issues such as ticket price, transportation and hotel
  • Collaboration with students are difficult in the beginning, but at the end, there’s few students are good and joining community
  • Many student in PENS able to speak English. It’s opposite from last two conference (GNOME Asia and openSUSE Asia) in Indonesia
  • Meet other/community members are good for your helth
  • There’s a lot of chance to contribution and travel arround the world

the avatar of Medwinz's Notes

LibreOffice Conference Indonesia 2018

In early 2018 I got a news from community that LibreOffice Indonesian Community will held a conference in Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS) on March 23-25, 2018. I discussed with some member of openSUSE Indonesia community and we're willing to give our hands and also to open openSUSE booth on that event. I sent the proposal to Douglas De Maio from openSUSE and he agree to give some donation for the event.

On March 1st, I received some marketing material from openSUSE that we can put on our booth and distribute to the conference participant. Thanks openSUSE!


LibreOffice Conference Indonesia (LOCI) 2018 is the first LibreOffice Conference in Indonesia so as a user of Libre Office  since a long time I'm so excited to attend this conference.
On early morning March 23, 2018 I took the flight flying through the golden hour to Surabaya. It was still 6.00 o'clock in the morning and I'm very surprised that Darian, the local committee of LOCI 2018, show up in the Juanda Surabaya Airport to pick me up and take me to the venue. Thanks Darian.

The day 0 is workshop day, it is Andika Triwidada stage. I didn't do much on this day except meeting with the EEPIS officials together with some friends from LibreOffice Community and KLAS (Linux User Group of Surabaya City). There were Noor Azam from KLAS, Franklin Weng and Eric Sun from TDF, Ahmad Haris from LibreOfficeID, Andika Triwidada as LibreOffice and Gnome Indonesia translator coordinator, Iwan Tahari from Sepatu Fans, Estu from BlankOn and myself.


On the night of Day 0, local committee invite us for a dinner. We have a good moment, discussed with the community and also with my long time friend Franklin Weng and Eric Sun, TDF member from Taiwan. The dinner was so delicious. Thanks to LibreOfficeID.

 

On day 1, the LOCI2018 was officially started. After EEPIS Director open the conference, Franklin Weng go to the stage and talk about "How to promote ODF/LibreOffice -- What We Have Done in Taiwan". Pak Riki Arif Gunawan from Indonesian Ministry of Communication and Informatics talk about "Digital Signature" after Frank.

On the rest of the day I mainly on openSUSE booth explaining about openSUSE and distributing all of our stickers, magazine and anything else we can give :-) I should thanks our openSUSE Indonesia Community especially Didiet, Dhenandi and Kukuh Syafaat that help me to manage our booth. It was very crowded, hundred people visit us and we run out of our goodies :-)





 

The day 1 is closing by another delicious dinner sponsor by LibreOfficeID


The day 2 is opening by Noor Azam as keynote speaker from KLAS talking about "The Importance of Open Standards Data". It follows by another keynote speaker, Italo Vignoli with paper about "LibreOffice 6.0 - Positioning and Main Features". After that as I did in day 1, I mainly in openSUSE booth answering question about openSUSE and distributing our goodies :-)




This conference was really an enjoyable moment. Not only that it introduce LibreOffice for student at EEPIS but also to give more knowledge for young generation about an open source movement that already mature in the world. This event is also used by open source activist in Indonesia to meet face-to-face and to know and get better understanding for each other.

You can see more photos from the flickr so that you can feel the vibe of the event :-)

Finally, thanks openSUSE, openSUSE-ID, LibreOffice and LibreOfficeID for everything.

Have a lot of fun!

a silhouette of a person's head and shoulders, used as a default avatar

Membangun GNOME Recipes dan Menjalankan dengan Antar Muka Indonesia

Tulisan ini masih sedikit melanjutkan pengalaman GNOME Recipes Hackfest 2018, namun sedikit ditambahkan atas pesanan Pak Andika (Koordinator Penerjemahan GNOME) terkait bagaimana cara menguji aplikasi dengan antar muka bahasa Indonesia (dengan file .po yang sudah kita terjemahkan).

Mari kita mulai!

Pasang GNOME Builder Nightly
  • Unduh flatpakref untuk GNOME Nightly dari https://sdk.gnome.org/gnome-nightly.flatpakrepo dan pasang

flatpak –user remote-add gnome-nightly gnome-nightly.flatpakrepo

  • Unduh flatpakref untuk GNOME Builder dari https://raw.githubusercontent.com/GNOME/gnome-apps-nightly/master/gnome-builder.flatpakref dan pasang

flatpak –user install –from gnome-builder.flatpakref

Jalankan Builder dan Ambil Kode GNOME Recipes
  • Jalankan Builder dan pilih tombol Clone untuk kloning kode sumber
  • Kloning dari https://gitlab.gnome.org/GNOME/recipes.git
Kloning Kode
  • Kode akan otomatis dibangun oleh Builder
Build
Detil Build
  • Jalankan!
Jalankan!
GNOME Recipes
Mengubah Antar Muka ke bahasa Indonesia

Seperti gambar di atas, antar muka aplikasi yang kita jalankan menggunakan antar muka baku (bahasa Inggris). Untuk kasus teman-teman yang mengerjakan terjemahan, perlu menguji dan membuat antar mukanya ke bahasa Indonesia. Adapun langkahnya sebagai berikut:

  • tambahkan “–env=LC_ALL=id_ID.utf8” pada bagian “finish-args” di berkas org.gnome.Recipes.json.
org.gnome.Recipes.json
  • Jalankan lagi!
Berbahasa Indonesia

 

Selamat Mencoba!