Mon, Dec 05, 2022

Main dengan Ikan Besar Healing di Kampung Sampireun Garut

Beberapa waktu yang lalu, Zeze Zahra menyempatkan diri berlibur ke kampung Sampireun Garut. Kampung Sampireun adalah resort atau villa yang dibangun ditepian danau atau telaga. Pemandangannya bagus, tempatnya sejuk. Cocok untuk dijadikan sebagai tempat untuk rehat sejenak dari kesibukan.

Yang menarik dari Kampung Sampireun adalah villa atau resort atau cottage (atau apalah namanya hehehe…) ditepi telaga. Telaganya berisi ikan besar-besar warna warni yang jinak dan suka hilir mudik, apalagi saat diberi makan. Paling senang liburan seperti ini, dengan ikan banyak dan jinak, suasana sejuk dan kadang turun hujan yang membuat hati tenteram.

Sun, Dec 04, 2022

Wisuda Bersama

Waktu berlalu bagai angin,
Meninggalkan jejak di tanah berdebu,
Bukan sesuatu yang tak mungkin,
Kembali wisuda bersamamu 🤭😊

Cinta pada ibu jadi abadi,
Cinta pada anak tak mau berbagi,
Cinta kepadamu, mengapa menyergap berkali-kali… Ehm ☺️😆

I Love you, My Dear Rey.

Sat, Dec 03, 2022

Suasana Rumah Kabin Zeze Zahra Pasca Panen

Bagaimana suasana rumah kabin Zeze Zahra setelah panen? Apakah padi yang ditanam di sawah itu digunakan untuk konsumsi sendiri ataukah untuk dijual? Apa saja yang dilakukan di rumah kabin Zeze Zahra saat ini?

Semuanya bisa terjawab dalam video ini. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi yang berniat menggabungkan antara hobby, kesukaan dan juga mendapatkan profit dari kedua hal tersebut.

Fri, Dec 02, 2022

Persiapan yang Lebih Baik & Upaya Meningkatkan Kualitas

Semalam saya mengikuti mata kuliah Research Methodology. Tugasnya masih sama, yaitu melanjutkan pembuatan proposal thesis. Saya sudah selesai di tahapan judul, abstrak, introduction dan literature review. Posisi saya di pekan kemarin adalah membuat bab 3 : methodology.

Methodology artinya metode, tahapan dan cara yang akan dilakukan terkait penelitian thesis. Komentar pak professor saat mereview proposal dan presentasi saya pekan lalu singkat saja : “Kamu belum ada analysis. Judul kamu kan analysis, tapi tidak ada bagian yang menjelaskan tahapan analisis itu. Tidak cukup hanya mendefinisikan parameter”. Tidak sampai 5 menit, pak professor sudah selesai dan lanjut ke mahasiswa berikutnya.

Meski nyesek juga, saya terima saran dari dosen tersebut. Ya karena memang benar. Saya kemarin kebanyakan tulisan dan sifatnya lebih ke narasi. Intinya sih saya masih bingung apa yang hendak saya tulis meski saya tahu proses riilnya.

Akhirnya saya mengecek contoh-contoh methodology penelitian. Saya juga menghubungi rekan mahasiswa yang menjadi dosen di STMIK Rosma Karawang. Ia berbaik hati memberikan contoh proposal thesis yang dimiliki. Kebetulan proposal thesisnya sudah mendapat approval dari professor.

Dari contoh yang ada ditambah dengan contoh proposal thesis, saya merevisi bagian yang dimaksud oleh professor. Saya menuliskan list tahapan yang diperlukan, baik terkait tahapan riset maupun tahapan pada saat melakukan analisa data. Kebetulan data yang dianalisa adalah data log, sehingga tahapannya bisa saya bagi kedalam tahap cleansing raw log, formatting, parsing, group segmentation dan seterusnya.

Saya juga menambahkan grafik dengan mencari template gambar yang bersesuaian kemudian merevisi narasi, menyesuaikan sub title dan pengelompokan tahapan riset serta mengubah dan memperbaiki kalimat-kalimat yang masih ambigu.

Saat semalam menunggu giliran presentasi, eh ada ondel-ondel lewat dijalan depan rumah. Suaranya berisik banget. Menjelang abjad mendekati kelompok nama saya, si ondel-ondel malah berhenti didepan rumah. Aduuuuuh, kenapa juga dia malah berhenti didepan rumah.

Kebetulan saya mengikuti kuliah secara online menggunakan komputer milik Vivian. Lokasinya ada di lantai 2 menghadap jalan raya. Meski saya sudah menggunakan mic clip on, suara ondel-ondel itu pasti akan terdengar jelas. Bisa-bisa pak professor justru mendengar suara ondel-ondel dan suara saya malah sayup-sayup.

Syukurlah, 1 nama menjelang giliran saya, ondel-ondelnya pergi, hehehe… Saya melakukan presentasi dengan menyampaikan apa saja saran pak professor pekan lalu, menunjukkan perbaikan yang saya lakukan. Saat melakukan presentasi, saya langsung to the point pada grafik research stages dan penjelasan detail pada data analysis. Saya belajar dari beberapa kali presentasi sebelumnya dan juga dari respon pak professor agar mahasiswa menyampaikan point-point saja dan jangan membaca keseluruhan isi.

Alhamdulillah, komentar pak professor seperti ini : “Ini benar sesuai dengan yang saya maksudkan mengenai data analysis dan tahapan penelitiannya. Sudah benar ini. Bagus…”, kira-kira begitu yang saya dengar. Itu artinya pak professor sudah memberikan approval pada revisi yang saya lakukan sekaligus approval untuk bab 3 methodology.

Ada sebagian mahasiswa yang sudah lebih dulu mendapat approval, namun banyak juga mahasiswa yang macet di bab sebelumnya. Bahkan ada juga yang macet di judul dan abstrak.

Masing-masing mahasiswa memang punya kesibukan dan kesulitan menyesuaikan diri dengan ritme kuliah sambil kerja dan mengurus keluarga. Yang bujangan juga punya kesibukan dan urusan masing-masing. Meski demikian, pada hemat saya akan lebih baik jika kita tetap tekun dan persistent. Tidak mudah kalah dan menyalahkan keadaan.

Kita bisa persistent untuk hadir kuliah, kemudian mendengarkan saran dari dosen, melakukan revisi yang dimaksudkan dan lebih mempersiapkan diri untuk presentasi agar hasilnya bagus. Kalaupun belum mendapat approval, itu bukan berarti yang sudah kita lakukan sebelumnya jadi tidak berguna. Itu tetap bermanfaat. Mungkin saja kita belum mendapat approval, tapi pola dan hal bagus yang sudah kita lakukan jangan malah dihentikan.

Kita bisa melakukan perbaikan lagi. Lebih mempersiapkan diri. Berusaha meningkatkan kualitas diri dan kegiatan kita. Semangat belajar, open mind dan terbuka pada saran orang lain. Mencari tahu hal-hal yang bisa diperbaiki dari apa yang sudah dilakukan.

Pada akhirnya, hasil bagus maupun hasil buruk yang didapat merupakan cerminan dari upaya yang sudah kita lakukan. Tetap semangat 👍👍

Thu, Dec 01, 2022

Portal Perumahan

Saat pandemi covid di awal tahun 2020, banyak perumahan dan lingkungan tempat tinggal yang memportal jalan-jalan. Baik jalan gang maupun jalan yang agak besar. Hanya jalan utama yang tidak diportal. Hal ini hampir merata di semua perumahan, bukan hanya perumahan tempat saya tinggal.

Perasaan takut pada penyebaran covid ditambah lagi dengan alasan keamanan membuat pemasangan portal itu dimaklumi. Meski hal itu jadi merepotkan banyak orang. Warga perumahan sendiri kerepotan karena harus memutar jauh, apalagi bagi para ojek online yang kadang tidak tahu jalur mana yang diportal dan jalur mana yang bisa dilewati.

Kini, setelah pandemi mereda dan kehidupan sosial berangsur kembali normal, banyak dari portal-portal itu yang tetap dikunci, tidak dibuka-buka. Alasan bisa banyak dicari, tapi bagi banyak orang, alasan satu-satunya adalah karena sudah merasa nyaman begitu. Jalanan jadi sepi, tidak ada lalu lalang kendaraan dan bisa lebih bebas ngapain saja di jalan yang diportal tersebut.

Masalahnya, itu jadi zalim pada orang lain. Itu kan jalan umum, bukan jalan pribadi. Jalan umum, apalagi jika jalan itu cukup besar dan sering dilalui oleh orang lain seharusnya ya dibuka jika kondisinya sudah memungkinkan. Kalau saya tinggal di lingkungan yang sama, mungkin saya enak-enak saja menikmati kenyamanan berkat jalan yang diportal, tapi kan itu sama saja saya memanfaatkan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi.

Mengapa jalan diportal terus-terusan tanpa pernah dibuka, karena jalan yang tertutup katanya lebih aman buat anak-anak yang bermain. Tapi kan jalan itu diciptakan bukan buat anak-anak bermain melainkan untuk lalu lalang. Bisa saja digunakan untuk bermain diwaktu sore, tapi itupun kalau jalannya memang jalan gang yang relatif jarang dilalui kendaraan.

Saya kerap melihat banyak juga yang parkir kendaraan terus menerus setiap hari, sampai memagari mobilnya dengan pot bunga supaya tidak terserempet mobil yang lewat. Dengan memportal jalan dan tidak pernah membukanya, yang bersangkutan bisa bebas parkir mobil didepan rumah seterusnya, setiap hari, setiap waktu.

Tapi kembali lagi ke awal, masalahnya itu jalan umum. Fasilitas umum. Tidak selayaknya digunakan seperti itu properti pribadi. Jika terpaksa digunakan karena situasi tertentu dan itupun terkait kepentingan umum (misalnya untuk TPS pemilihan umum) itu masih bisa dimaklumi, apalagi sifatnya situasional pula.

Saya pribadi sering merasa bersalah jika sementara waktu parkir mobil di depan rumah. Meski sudah mepet sekali ke pinggir, sudah memperhitungkan jalur yang lewat tidak terganggu dan sifatnya hanya sementara waktu (misalnya menunggu Vivian saat hendak diantar ke sekolah atau saat hendak dijemput dari sekolah), saya tetap merasa bersalah dan sedapat mungkin menghindari hal itu.

Saya memang sengaja mengontrak rumah terpisah, khusus untuk parkir mobil Bumblebee sekaligus bisa dimanfaatkan untuk tempat tinggal keponakan. Jadi kami bisa berbagi biaya sewa. Saya bisa bolak-balik ke tempat menaruh mobil dengan sepeda atau motor listrik, jadi bisa sekalian olah raga dan bersantai juga.

Saya berpikir, tidak ada faedahnya juga jika kita menyerobot fasilitas umum untuk kepentingan pribadi kita. Apalagi jika itu merugikan pihak lain. Rasanya juga jadi tidak berkah buat kehidupan kita. Sedapat mungkin kita usahakan untuk menghindari penggunaan fasilitas umum untuk kepentingan pribadi.

Apakah ada yang punya pengalaman mirip?

Wed, Nov 30, 2022

Iseng-Iseng Berhadiah : Menanam Pepaya untuk Masa Depan

Saya pernah menanam pepaya California dan Mexican Sweet di pekarangan rumah kabin Zeze Zahra. Niat awal sekedar iseng menanam, ternyata hasil buahnya banyak sekali.

Karena hal tersebut, saya menambah jumlah bibit yang ditanam dengan jarak tanaman yang lebih rapat. Harapannya, tanaman tersebut bisa menghasilkan buah yang lebat dalam beberapa bulan kedepan.

Tue, Nov 29, 2022

Perjuangan Mencapai Cita-Cita

Kemarin sore saya buru-buru pulang setelah menjemput Vivian dari sekolah. Cuaca mendung gelap dan kelihatannya akan hujan lebat. Daripada terjebak kemacetan, lebih baik sampai di rumah lebih awal dan bisa mempersiapkan diri untuk kuliah Business Intelligence.

Sambil ngabuburit dan mempersiapkan diri untuk kuliah, saya mengecek email dan group chat kuliah. Banyak yang terjebak kemacetan karena hujan dan banjir. Salah satu teman kuliah yang bekerja di salah satu lembaga pemerintah malah info, motornya mogok karena mencoba menerobos banjir setinggi dengkul.

“Menyesal malah pulang, tau gitu kuliah di kantor tadi🥲”, gitu katanya. Saya bilang bahwa ya kita nggak pernah tahu keputusan mana yang paling baik. Sewaktu memutuskan pulang menerobos hujan, itu kan sebenarnya diniatkan untuk hal yang baik, agar bisa kuliah online dari rumah dengan suasana nyaman dan tenteram. Kalau kuliah online di kantor, selesai jam 9 malam dan harus pulang ke rumah. Besok pagi sudah kembali lagi ke kantor. Rasa lelahnya belum hilang.

Karena motornya mogok, akhirnya teman-teman satu group kuliah menyarankan ia bersantai dulu. Minum teh panas dulu karena kebetulan ia berhenti dan menunggu di warung makan. Daripada menyesali keputusan dan sewot karena ada hal-hal yang tidak berjalan sesuai keinginan.

Akhirnya ada ibu-ibu baik hati yang membantunya menyalakan motor dan ia bisa sampai ke rumah tepat sebelum kuliah Business Intelligence dimulai.

Kadang kita kerap menyesali keputusan yang kita ambil karena kita terbebani dengan keputusan tersebut. Misalnya keputusan untuk mengambil kuliah, otomatis ada beban tugas kuliah, beban presentasi, beban mengatur waktu antara pekerjaan, keluarga dan kuliah.

Ada juga yang kuliah sambil kerja. Di pekerjaan kadang mendapatkan situasi yang tidak enak, ditambah dengan beban kuliah pula. Belum lagi yang kuliah sambil kerja dan sudah berkeluarga. Jadi tambah tanggung jawab dan kegiatannya.

Tapi justru disitu perbedaannya. Disitu letak perjuangannya. Apakah kita bisa melakukan manajemen pribadi agar bisa mengatasi masalah tersebut. Apakah kita mau belajar untuk membagi waktu agar ada keseimbangan diantara kegiatan yang kita lakukan.

Kalau kita sudah memutuskan untuk kuliah, dicamkan didalam hati agar kuliahnya bisa diselesaikan. Mungkin kita jadi kurang tidur, karena harus mengerjakan tugas malam-malam. Mungkin kita jadi tidak bisa liburan, karena waktunya sempit dan banyak kegiatan yang harus dilakukan. Mungkin kita tidak punya waktu untuk melakukan hal-hal yang kita senangi.

Itu hal wajar. Mau tidak mau kita memang harus berkorban. Bisa berkorban waktu, tenaga maupun biaya. Justru karena berkorban itu, makanya jangan sampai gagal.

Di Excellent dan Aktiva, saya meminta staff untuk membuat laporan harian secara rutin. Setiap sore. Mungkin ini jadi tambahan pekerjaan meski harusnya tidak sulit-sulit amat. Laporan harian itu semacam resume apa saja yang dilakukan sehari itu.

Sebagai staff, saya bisa saja punya banyak alasan untuk tidak melakukan tugas tersebut. Namun saya juga tidak bisa berargumentasi jika dari sekian banyak staff, hanya saya yang tidak bisa mengirimkan laporan secara periodik sesuai yang diminta.

Analoginya sama seperti tugas kuliah. Mata kuliah Business Intelligence meminta semua mahasiswa untuk menyiapkan final assignment berupa analisa data, implementasi (application) dan improvementnya. Silakan buat sebaik mungkin, minggu depan harus siap dipresentasikan.

Kalau ada tugas seperti itu, apa saya harus berdebat dengan dosen bahwa saya tidak punya basic pengetahuan untuk materinya? Apa saya harus berdebat dengan dosen bahwa saya belum siap? Bahwa saya banyak tugas lain dari mata kuliah Ubiquitous Computing, Research Methodology dan IT Forensics? Kan nggak.

Dosen sudah memberikan tugas, ya tugas saya untuk menyelesaikannya. Kalau untuk menyelesaikan tugas itu saya harus membagi waktu dengan cermat antara pekerjaan di kantor, urusan keluarga dan urusan bisnis, ya saya harus bisa membaginya. Kalau untuk menyelesaikannya saya harus mengerjakan malam-malam sehingga waktu tidur berkurang ya saya harus melakukannya. Jika karena tugas saya terpaksa tidak liburan, tidak ke rumah kabin, tidak ke kebun Zeze Zahra, tidak bisa nonton Netflix, tidak bisa melihat Curiosity Stream, ya itu harga yang harus dibayar. Itu pengorbanan bentuk kecil yang harus saya lakukan.

Banyak para dosen dan mahasiswa yang kuliah terpisah jauh dari tempat tinggal. Banyak dari mereka yang menempuh pendidikan di luar negeri, jauh dari keluarga dan sanak saudara. Dengan budget terbatas, mungkin adakalanya timbul perasaan lonely dan nelangsa, apalagi jika lingkungan juga bukan seperti lingkungan di Indonesia yang sudah familiar. Justru hal-hal seperti itu yang bisa mendewasakan kita dan membuat kita belajar menghargai apa-apa yang selama ini kita anggap sepele. Saya selalu kagum pada para mahasiswa yang harus berjuang seperti itu untuk bisa mencapai yang dicita-citakan. Hal-hal yang tidak enak cukup ditelan, untuk nantinya diceritakan pada anak bahwa kita pernah harus berjuang sedemikian rupa agar bisa sampai di tujuan yang diharapkan.

Kalau kita yang kuliah bisa ulang-alik setiap hari, kuliah bisa online sambil ngemil dan bersantai, kuliah dengan budget yang lebih dari cukup dan kemudian mengeluhkan pengorbanan yang harus dilakukan, gimana kalau kita sampai ditest pada situasi yang lebih berat seperti mereka? Apa kita harus jejeritan di tengah malam karena stress pada beban yang kita anggap sangat berat?

Hal-hal seperti itu yang membuat saya bersemangat untuk bisa belajar mengatur waktu dan menyelesaikan tugas sebagaimana mestinya. Karena itu tugas dan saya harus menyelesaikannya sebaik mungkin.

Pada akhirnya, hidup kita milik kita, susah maupun senang, kita juga yang menjalaninya.

Mon, Nov 28, 2022

Pemanis Buatan, Kadar Garam dan Pengajian

Di lingkungan rumah tinggal orang tua saya di Tambun maupun di lingkungan sekitar rumah kabin Zeze Zahra di Batujaya Karawang, saya menemukaan kenyataan hidup yang hampir mirip. Banyak warga yang mengalami sakit diabetes, darah tinggi dan stroke.

Kehidupan yang tidak mudah membuat hal tersebut lebih menyesakkan. Uang pendapatan sehari-hari yang seharusnya bisa digunakan untuk keperluan kebutuhan pokok dan pendidikan jadi tersedot untuk biaya pengobatan.

Pola hidup sehat mungkin jarang menjadi pertimbangan. Kita saja yang mungkin bekerja rutin setiap hari kerap mengabaikan pola hidup sehat, apalagi bagi keluarga yang memiliki sedikit pilihan, hanya bisa makan apa yang tersedia.

Itu sebabnya jadi banyak yang mengulang siklus yang sama dari waktu ke waktu. Jadi turun temurun. Sekolah sampai tingkat SLTA saja atau bahkan lebih rendah, kemudian bekerja sebagai buruh atau bekerja serabutan, berkeluarga dan mengulang siklus yang sama. Hanya sedikit yang bisa keluar dari lingkaran tersebut.

Saat menghadiri pemakaman salah satu warga yang berpulang karena sakit, saya bicara ke adik saya Mardalih yang mengurus Yayasan Ultima Insani Madania. Saya sampaikan padanya bahwa ada baiknya yayasan menjalankan program tambahan, misalnya membantu keluarga yang terkena musibah. Memfasilitasi pembelian kain kafan, membantu proses penggalian kubur hingga membantu hal lain terkait pemakaman.

Karena pernah mengalami sendiri kehilangan anggota keluarga, saya merasakan bahwa jika terkena musibah kadang kita sulit berpikir dengan jernih. Bantuan dari orang lain untuk mengurus hal tersebut tentu akan sangat meringankan beban keluarga yang terkena musibah.

Di perkotaan dan di perumahan, biasanya sudah ada lembaga keagamaan atau yayasan yang mengurus hal tersebut, namun di perkampungan seperti di tempat tinggal keluarga di Tambun Bekasi dan di Batujaya Karawang, proses itu masih mengandalkan gotong royong keluarga dan warga sekitar.

Yayasan Ultima Insani Madania merupakan yayasan yang bergerak dibidang pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Dibiayai dari CSR (Corporate Social Responsibility) PT Excellent Infotama Kreasindo dan PT Aktiva Kreasi Investama dan dari donasi individu warga masyarakat.

Sesuai misinya, saya berharap yayasan Ultima bisa menjadi pihak yang memberdayakan masyarakat baik terkait pengurusan bagi yang berduka cita maupun dalam bentuk edukasi.

Setiap malam biasanya ada pengajian anak-anak dan setiap minggu ada pengajian ibu-ibu. Saya mengusulkan pada pengurus agar 1x dalam sebulan, ada sisipan di pengajian ibu-ibu, berupa edukasi dari tenaga kesehatan (dokter atau bidan) mengenai pola hidup sehat. Misalnya mengenai saran menghindari minuman dengan pemanis buatan, mengurangi konsumsi gula maupun garam.

Ada beberapa rekan saya yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan dan saya bisa minta bantuannya untuk memberikan edukasi dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti.

Selain edukasi ke ibu-ibu, hal yang mirip nantinya dilakukan juga terhadap anak-anak. Agar ada kesinambungan pemahaman dan ada inisiatif untuk mulai hal yang benar. Meski mungkin hasilnya belum signifikan, saya berharap apa yang dilakukan bisa membekas dan bisa membawa dampak berkelanjutan.

Sama seperti saat membangun Excellent maupun rumah kabin Zeze Zahra, saya tidak tahu apakah inisiatif ini bisa berkembang ke arah yang lebih luas atau tidak, namun bagi saya sepanjang hal itu baik untuk dilakukan, ya dilakukan saja. Nanti sambil belajar dari pihak lain yang sudah berpengalaman dan sekaligus mereview apa yang sudah dilakukan.

Sumber gambar : Tien Vu (Pixabay)

Sun, Nov 27, 2022

Cara Termudah Panen Ubi Ungu Dalam Pot

Menanam ubi dalam pot ternyata bukan hanya memudahkan proses penanaman dan pemeliharaan, melainkan juga saat proses panen. Saat panen sebelumnya, saya menggali ubi (ndukur kalau istilah Betawinya), namun ternyata ada cara yang lebih mudah. Ternyata itu salah satu aspek penting prinsip “Kaizen”, yaitu perbaikan terus menerus.

Ada kalanya kita menjalani sesuatu karena kita melihat contohnya dari dulu seperti itu. Bisa juga karena alam bawah sadar kita mendorong kita untuk melakukan hal tersebut dan tidak berupaya mencari cara lain yang sebenarnya lebih efisien dan efektif.

Bagaimana caranya? Pak Amoy dan bang Matan akan mencontohkannya dalam video ini.

Cukup 2 Bulan! Panen Ubi Jalar Ungu di Dalam Pot

Dua bulan yang lalu, saya mulai menanam ubi ungu di dalam pot. Penanaman itu dilakukan setelah saya melakukan ujicoba penanaman ubi dalam pot dan berhasil mendapatkan ubi yang cukup besar. Ada belasan pot yang saya gunakan untuk menanam ubi ungu. Selang 2 bulan dari waktu penanaman, ubi tersebut dipanen.

Apakah hasilnya bagus dan memuaskan? Yuk simak dalam video ini :